Business

LightBlog

Breaking

LightBlog

Kamis, 29 Desember 2011

Bagaimana Vaksin Dihasilkan?

Dalam buku The Consumer’s Guide to Childhood Vaccines, Barbara Loe Fisher, Pendiri dan Presiden pusat informasi vaksin nasional (yang didirikan untuk mencegah kerusakan tubuh dan kematian akibat vaksin melalui pendidikan umum) menjelaskan proses pembuatan vaksin sebagai berikut:

-Vaksin DPT (Difteria, Pertusis dan Tetanus) (vaksin bakteri tidak aktif): untuk menghasilkan Pertusis dari DPT, bakteri Pertusis B dibiakkan, diambil dan dilemahkan melalui pemanasan dan kimiawi, kemudian diendapkan dalam cairan bahan kimia seperti kalium fospat, natrium, klorida dan thimerosal (raksa), yang digunakan sebagai pengawet. Alumunium ditambah sebagai adjuvan. Selanjutnya vaksin Pertusis ini kemudian dicampur dengan vaksin DT

- Vaksin DtaP(Difteria, Tetanus dan Acellular Pertusis): Tidak seperti vaksin DPT, Purified acellular atau vaksin DtaP tidak mengandung bakteri Pertusis B asli. Vaksin DtaP dibuat dengan memisahkan sebagian besar racun dalam bakteri Pertusis B asli, sehinggga didapatkan beberapa komponen bakteri dalam vaksin. Komponen tersebut masih mengandung racun yang kemudian dinetralkan dengan formaldehid, selanjutnya thimerosal ditambahkan sebagai pengawet dan alumunium sebagai adjuvan. Vaksin acellular Pertusis kemudian dicampurkan dengan vaksin DT.

- Vaksin MMR (Campak, Gondok dan Rubela): Vaksin MMR yang digunakan AS adalah vaksin virus hidup. Vaksin tersebut mengandung (1) virus Campak hidup lemah (dilemahkan) yang dibiakkan dalam kultur sel embrio ayam; (2)Virus Gondok hidup yang lemah dan dibiakkan dalam sel kultur embrio ayam; dan (3)Kuman witar RA 27/3 lemah dari virus Rubela hidup yang dilemahkan dan dibiakkan dalam kultur sel diploid manusia (W-38) yang berasal dari tisu janin yang digugurkan pada tahun 1964 setelah ibunya terjangkit Rubela. Vaksin ini tidak mengandung pengawet. Vaksin MMR mengandung antibiotik neomycin, sorbitol dan gelatin yang dihidrolisis sebagai stabilisator. Meskipun vaksin campak, gondok dan Rubela bisa diperoleh secara terpisah tetapi kebanyakan dokter sering memberikan dalam bentuk gabungan (MMR)

- Vaksin Polio hidup oral (OPV): Vaksin Polio oral hidup di AS adalah campuran 3 jenis vaksin polio yang dilemahkan dan dibiakkan dalam kultur sel ginjal monyet hijau Afrika. Sel ini kemudian dibiakkan dalam medium yang terdiri dari larutan garam yang mengandung asam amino, antibiotic dan serum anak sapi. Setelah berkembang virus dipindahkan ke medium yang tidak mengandung serum anak sapi. Vaksin ini mengandung sorbitol dan antibiotik streptomycin serta neomycin.

- Vaksin Polio tidak aktif (IPV): Vaksin Polio tidak aktif yang digunakan di AS ialah endapan steril 3 jenis virus Polio yang dibiakkan dalam sel VERO, garis keturunan sel ginjal monyet hijau afrika. Virus ini dipekatkan, dimurnikan dan dihilangkan daya jangkitnya dengan formaldehid. Vaksin IPV mengandung fenoksietanol dan formaldehid sebagai pengawet serta neomycin, streptomycin dan polymyxin

- Vaksin hepatitis B: vaksin virus Hepatitis B yang pertama dibuat pada tahun 70-an dengan menggunakan virus yang dipisahkan dari darah manusia pengidap Hepatitis B kronis. Vaksin Hepatitis B yang didapat dari plasma darah dipatenkan AS pada tahun 1981 dan diberikan pada penduduk yang berisiko tinggi terjangkit Hepatitis B pada tahun 80-an sampai vaksin rekombinasi Hepatitis B hasil rekayasa genetik muncul. Vaksin rekombinasi Hepatitis B yang digunakan AS didapat dari antigen selubung virus Hepatitis B yang dihasilkan dalam sel ragi. Sebagian gen virus Hepatitis B diklonkan ke dalam ragi (ragi biasa untuk membuat roti) sehingga vaksin dihasilkan dari kultur ini. kemudian vaksin diawetkan dengan formaldehid dan mengandung 95% anti gen selubung virus Hepatitis B, 4% protein ragi, alumunium hidroksida dan thimerosal ditambahkan sebagai pengawet.

- Vaksin Varicellazostrer (cacar air): Vaksin cacar dibuat dari kuman Oka/Merck Virus Varicella hidup yang dilemahkan. Virus ini didapat dari anak-anak penderita Cacar alami, kemudian dimasukkan ke dalam kultur sel paru-paru embrio manusia, selanjutnya diambil dan dimasukkan ke dalam embrio tikus percobaan. Dan akhirnya dimasukkan ke dalam kultur sel diploid manusia. vaksin ini mengandung sukrosa, fosfat, glutamat dan gelatin yang diproses sebagai stabilisator

- Vaksin Cacar (walaupun vaksin ini tidak digunakan namun masih dipakai untuk penelitian penyakit AIDS dan vaksin rekombinan rekayasa genetik baru): Perut anak sapi dicukur kemudian diberikan banyak torehan pada kulitnya. Kemudian virus cacar diteteskan pada torehan itu dan dibiarkan bernanah selama beberapa hari. Anak sapi tersebut dibiarkan berdiri dengan kepala terikat supaya tidak dapat menjilati perutnya. Kemudian anak sapi itu dikeluarkan dari kandang dan dibaringkan diatas meja. Perutnya memborok dan bernanah, nanahnya diambil lalu dijadikan serbuk. Serbuk itu adalah bahan vaksin cacar. Disamping borok dan nanah kering dalam vaksin cacar, virus yang kebetulan terdapat pada anak sapi terbawa kedalamnya. (Walene James, Pengarang Immunization: The Reality Beyond the Myth)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah artikel ini berguna? Apa Pendapat Anda?

Adbox