Pada 26 Oktober 1986, The Sunday Express memuat tulisan berjudul “AIDS made ini Lab Shack”. Dalam artikel ini, DR John Seal dan Professor Jacob Seagull; mantan direktur Institut Biologi di Universitas Berlin, berkesimpulan bahwa virus AIDS sebenarnya buatan Amerika.
Ini dipertegas Alan Cantwell Jr melalui bukunya “AIDS and the Doctors of Death” (1988) dan “Queer Blood” (1993) yang memenangkan penghargaan The Benjamin Franklin Book Award 1994.
Bocah-bocah tak berdosa itu disuntik virus yang diambil dari cairan darah penderita AIDS/HIV, Hepatitis B, Herpes, dll yang umumnya menganut free sex, peminum alcohol, narkotika, dan semacamnya.
Virus lalu dibiakkan di media-media seperti ginjal kera, lambung babi, ginjal anjing, sapi anthrax, menggunakan jaringan janin manusia yang digugurkan, ditambahkan merkuri/timerosal/air raksa atau logam berat sebagai bahan pengawetnya.
Akhirnya, vaksin tak lain adalah big bisnis. Badan peneliti teknologi tinggi internasional Frost & Sullivan, memperkirakan bahwa pangsa vaksin manusia dunia akan menguat dari 2, 9 miliar USD tahun 1995, melonjak menjadi lebih dari 7 miliar USD tahun 2001.
Selain bisnis, produksi vaksin juga menjadi bagian dari industri senjata perang. Tepatnya senjata biologi (biobom).
DR Keneth Alibek; Manager Program di Battle Memorial Institute, AS menjelaskan, “Senjata biologis adalah senjata perusak massal berbahan dasar virus, rikettsia, jamur atau racun yang dihasilkan organisme hidup.”
Di era modern, menjelang selama dan setelah perang dunia pertama dan kedua, banyak negara telah mengembangkan dan mencoba menggunakan biobom pada musuh-musuhnya.
Inggris, Jepang, Jerman, Rusia, Irak, Amerika tercatat pernah mengembangkan dan menggunakannya.
Kejamnya senjata vaksin terbukti di Perang Teluk. The Guardian melaporkan bahwa tentara Perancis yang hanya di bekali seragam anti serangan senjata biologi tanpa di vaksinasi, menderita syndrome perang teluk hanya 140 dari 25.000.
Bandingkan dengan tentara Inggris sebanyak 5000 dari total 52.000 pasukan dan Amerika sebanyak 137.862 dari 697.000 pasukan yang dibekali vaksinasi.
Pada 1972, Presiden Richard Nixon turut menandatangani BTWC, yang mengharamkan penggunaan dan pengembangan senjata biologis dan racun. Nixon juga menutup pusat pengembangan senjata biologis di Fort Detrick, Maryland.
Konvensi itu diadakan karena pengembangan senjata biologis diantara blok Barat pimpinan Amerika dan blok Timur pimpinan Uni Soviet di era perang dingin itu sudah mengkhawatirkan.
Apalagi bukti-bukti yang diajukan Uni Soviet bahwa pasukan Amerika menggunakan senjata kimia di Vietnam, kemudian di Laos dan Kamboja, sudah sulit dibantah. Amerika juga menggunakan senjata biologis di dalam Perang Korea, awal 1950-an, guna menghadang laju pasukan Korea Utara dan Cina.
Para pengamat meyakini Amerika menyembunyikan program senjatanya dengan menggunakan tameng perusahaan-perusahaan farmasi di negerinya. Artinya, riset pengembangan senjata itu tak pernah berhenti.
Seperti ditulis di sebuah jurnal oleh Profesor Barbara Hatch Rosenberg; Ahli senjata biologis dari State University of New York; “Amerika Serikat dan komunitas internasional tak sungguh-sungguh mengupayakan pelarangan senjata biologis.”
Belang Amerika Serikat pun pernah terungkap ketika pecah perang antara Iran dengan Irak tahun 1980-an. Amerika membeking Irak yang dipimpin Saddam Hussein dengan duit, informasi intelijen, senjata konvensional dan senjata kimia serta biologi.
[] ta
Media Umat | Edisi 13, 26 Jumadil Awwal – 10 Jumadil Akhir 1430 H / 22 Mei – 4 Juni 2009 Hal 19
B]Fi Sabili Haq...Fastabiqul Khairat.[/B]
[CENTER][URL="http://oomnyafahrel.multiply.com"][IMG]http://feeds.feedburner.com/oomnyafahrel.gif?w=1&c=1&bb=TgEN[[/IMG][/URL]
[URL="http://thetrue.getforum.org/board/"][IMG]http://myquran.com/forum/picture.php?albumid=3&pictureid=9[/IMG][/URL][/CENTER]
Ini dipertegas Alan Cantwell Jr melalui bukunya “AIDS and the Doctors of Death” (1988) dan “Queer Blood” (1993) yang memenangkan penghargaan The Benjamin Franklin Book Award 1994.
Bocah-bocah tak berdosa itu disuntik virus yang diambil dari cairan darah penderita AIDS/HIV, Hepatitis B, Herpes, dll yang umumnya menganut free sex, peminum alcohol, narkotika, dan semacamnya.
Virus lalu dibiakkan di media-media seperti ginjal kera, lambung babi, ginjal anjing, sapi anthrax, menggunakan jaringan janin manusia yang digugurkan, ditambahkan merkuri/timerosal/air raksa atau logam berat sebagai bahan pengawetnya.
Akhirnya, vaksin tak lain adalah big bisnis. Badan peneliti teknologi tinggi internasional Frost & Sullivan, memperkirakan bahwa pangsa vaksin manusia dunia akan menguat dari 2, 9 miliar USD tahun 1995, melonjak menjadi lebih dari 7 miliar USD tahun 2001.
Selain bisnis, produksi vaksin juga menjadi bagian dari industri senjata perang. Tepatnya senjata biologi (biobom).
DR Keneth Alibek; Manager Program di Battle Memorial Institute, AS menjelaskan, “Senjata biologis adalah senjata perusak massal berbahan dasar virus, rikettsia, jamur atau racun yang dihasilkan organisme hidup.”
Di era modern, menjelang selama dan setelah perang dunia pertama dan kedua, banyak negara telah mengembangkan dan mencoba menggunakan biobom pada musuh-musuhnya.
Inggris, Jepang, Jerman, Rusia, Irak, Amerika tercatat pernah mengembangkan dan menggunakannya.
Kejamnya senjata vaksin terbukti di Perang Teluk. The Guardian melaporkan bahwa tentara Perancis yang hanya di bekali seragam anti serangan senjata biologi tanpa di vaksinasi, menderita syndrome perang teluk hanya 140 dari 25.000.
Bandingkan dengan tentara Inggris sebanyak 5000 dari total 52.000 pasukan dan Amerika sebanyak 137.862 dari 697.000 pasukan yang dibekali vaksinasi.
Pada 1972, Presiden Richard Nixon turut menandatangani BTWC, yang mengharamkan penggunaan dan pengembangan senjata biologis dan racun. Nixon juga menutup pusat pengembangan senjata biologis di Fort Detrick, Maryland.
Konvensi itu diadakan karena pengembangan senjata biologis diantara blok Barat pimpinan Amerika dan blok Timur pimpinan Uni Soviet di era perang dingin itu sudah mengkhawatirkan.
Apalagi bukti-bukti yang diajukan Uni Soviet bahwa pasukan Amerika menggunakan senjata kimia di Vietnam, kemudian di Laos dan Kamboja, sudah sulit dibantah. Amerika juga menggunakan senjata biologis di dalam Perang Korea, awal 1950-an, guna menghadang laju pasukan Korea Utara dan Cina.
Para pengamat meyakini Amerika menyembunyikan program senjatanya dengan menggunakan tameng perusahaan-perusahaan farmasi di negerinya. Artinya, riset pengembangan senjata itu tak pernah berhenti.
Seperti ditulis di sebuah jurnal oleh Profesor Barbara Hatch Rosenberg; Ahli senjata biologis dari State University of New York; “Amerika Serikat dan komunitas internasional tak sungguh-sungguh mengupayakan pelarangan senjata biologis.”
Belang Amerika Serikat pun pernah terungkap ketika pecah perang antara Iran dengan Irak tahun 1980-an. Amerika membeking Irak yang dipimpin Saddam Hussein dengan duit, informasi intelijen, senjata konvensional dan senjata kimia serta biologi.
[] ta
Media Umat | Edisi 13, 26 Jumadil Awwal – 10 Jumadil Akhir 1430 H / 22 Mei – 4 Juni 2009 Hal 19
B]Fi Sabili Haq...Fastabiqul Khairat.[/B]
[CENTER][URL="http://oomnyafahrel.multiply.com"][IMG]http://feeds.feedburner.com/oomnyafahrel.gif?w=1&c=1&bb=TgEN[[/IMG][/URL]
[URL="http://thetrue.getforum.org/board/"][IMG]http://myquran.com/forum/picture.php?albumid=3&pictureid=9[/IMG][/URL][/CENTER]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apakah artikel ini berguna? Apa Pendapat Anda?