Business

LightBlog

Breaking

LightBlog

Minggu, 11 Juli 2010

Haruskah Vaksinasi?

sebagai orang tua, tentunya kita mengharapkan hal terbaik yang dapat kita berikan kepada seluruh anak kita. Hal tersebut hanya dapat diwujudkan jika dan hanya jika kita memiliki informasi yang memadai mengenai apapun yang ingin kita persembahkan kepada mereka.
Fakta-fakta mengejutkan tentang kandungan merkuri yang digunakan dalam sebagian besar vaksin anak saat ini baru salah satu contoh mengerikan tentang vaksin yang harus Anda ketahui.

Review Buku: Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi pada Anak
December 18th 2007, on Kesehatan, Ulasan Buku
Buku berjudul Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi pada Anak ini adalah saduran dari buku berjudul What Your Doctor May Not Tell You About Children’s Vaccinations karangan Stephanie Cave, M.D., F.A.A.F.P bersama Deborah Mitchell.
Diterbitkan dengan ISBN 979-22-349-4 yang diterbitkan pertama kali oleh PT. Gramedia Pustaka Utama cetakan pertamanya pada tahun 2003.
Buku yang sangat memukau saya karena menyajikan banyak informasi mengejutkan tentang vaksinasi yang tidak pernah ditemukan di media informasi apapun.
Selama ini setiap informasi yang kita terima mengenai vaksinasi adalah suatu hal yang harus dilakukan dan memiliki dampak nol persen terhadap kesehatan manusia.
Padahal sebagaimana tertulis dalam lembaran pertama buku ini disebutkan sebagai berikut, “Dalam hal vaksinasi anak, mencegah mungkin tidak lebih baik daripada menyembuhkan”.
Ditutup dengan kalimat berikutnya, “Jangan ambil resiko untuk kesehatan anak Anda! Pelajari lebih lanjut tentang vaksinasi yang ada pada masa kini dengan… ORANG TUA HARUS TENTANG VAKSINASI ANAK”.
Mengapa hal tersebut menjadi penting?
Karena sebagai orang tua, tentunya kita mengharapkan hal terbaik yang dapat kita berikan kepada seluruh anak kita. Hal tersebut hanya dapat diwujudkan jika dan hanya jika kita memiliki informasi yang memadai mengenai apapun yang ingin kita persembahkan kepada mereka.
Fakta-fakta mengejutkan tentang kandungan merkuri yang digunakan dalam sebagian besar vaksin anak saat ini baru salah satu contoh mengerikan tentang vaksin yang harus Anda ketahui.
Berikut ini adalah beberapa hal yang mungkin tidak Anda ketahui tentang vaksin:
1. Beberapa vaksin mengandung racun seperti air raksa (merkuri), almunium dan formalin
2. Di tahun 1998, Pemerintah Perancis menghentikan program vaksinasi berbasis sekolah yang memberikan vaksin Hepatitis B kepada anak-anak usia sekolah karena kasus multiple-sklerosis telah dikaitkan dengan vaksin tersebut dan lebih dari 600 kasus imunitas dan persyarafan telah dilaporkan.
3. Beberapa vaksin dibuat menggunakan bahan yang berasal dari jaringan manusia dari janin yang digugurkan.
4. Kebanyakan negara mewajibkan bahwa saat anak berusia 5 tahun, ia sudah harus menerima 33 dosis dari 10 vaksin.
5. Para dokter hanya melaporkan kurang dari 10 persen kejadian buruk yang berkaitan dengan vaksinasi dan/atau sesudah vaksinasi.
Selain itu salah satu isu keamanan yang menurut buku ini sering diabaikan adalah bahan-bahan tambahan yang terdapat dalam vaksin sebagai berikut:
1. Alumunium
Logam ini ditambahkan ke dalam vaksin dalam bentuk gel atau garam sebagai pendorong terbentuknya antibodi. Alumunium telah dikenal sebagai penyebab kejang, penyakit alzheimer, kerusakan otak dan dimensia (pikun). Logam ini biasanya digunakan pada vaksin-vaksin DPT, DaPT dan Hepatitis B.
2. Benzetonium Khlorida
Benzetonium adalah bahan pengawet dan belum dievaluasi keamanannya untuk dikonsumsi oleh manusia. Biasa digunakan sebagai campuran vaksin anthrax terutama diberikan kepada para personil militer.
3. Etilen Glikol
Biasa digunakan sebagai bahan utama produk antibeku dan digunakan sebagai pengawet vaksin DaPT, polio, Hib dan Hepatitis B.
4. Formaldehid
Bahan kimia yang terkenal sebagai zat karsinogenik (penyebab kanker) yang biasanya digunakan dalam proses pengawetan mayat, fungisida/insektisida, bahan peledak dan pewarna kain.
Selain beracun, menurut Sir Graham S. Wilson pengarang buku The Hazards of Immunization formalin tidak mamadai sebagai pembunuh kuman sehingga maksud penggunaannya sebagai penonaktif kuman dalam vaksin menjadi tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya adalah kuman yang seharusnya dilemahkan dalam vaksin tersebut malah menguat dan menginfeksi penggunanya.
5. Gelatin
Bahan yang dikenal sebagai alergen (bahan pemicu alergi) ini banyak ditemukan dalam vaksin cacar air atau MMR. Bagi kaum Muslim, gelatin menimbulkan isu tambahan karena biasanya bahan dasarnya berasal dari babi.
6. Glutamat
Bahan yang digunakan dalam vaksin sebagai penstabil terhadap panas, cahaya dan kondisi lingkungan lainnya. Bahan ini banyak dikenal sebagai penyebab reaksi buruk kesehatan dan ditemukan pada vaksin varicella.
7. Neomisin
Antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam biakan vaksin. Neomisin menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang dan sering ditemukan dalam vaksin MMR dan polio.
8. Fenol
Bahan yang berbahan dasar tar batu bara yang biasanya digunakan dalam produksi bahan pewarna non makanan, pembasmi kuman, plastik, bahan pengawet dan germisida.
Pada dosis tertentu, bahan ini sangat beracun dan lebih bersifat membahayakan daripada merangsang sistem kekebalan tubuh sehingga menjadi berlawanan dengan tujuan utama pembuatan vaksin.
Fenol digunakan untuk pembuatan beberapa vaksin termasuk vaksin tifoid.
9. Streptomisin
Antibiotik ini dikenal menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang dan biasa ditemukan dalam vaksin polio.
10. Timerosal/Merkuri
Bahan yang sangat beracun yang selama beberapa puluh tahun digunakan pada hampir seluruh vaksin yang ada di pasaran. Padahal timerosal/merkuri adalah salah satu bahan kimia yang bertanggung jawab atas tragedi Minamata di Jepang yang menyebabkan lahirnya bayi-bayi yang cacat fisik dan mentalnya.
Berikut ini adalah beberapa kerusakan yang disebabkan keracunan merkuri:
1. Otak bayi masih mengalami perkembangan yang cepat dan merkuri bisa merusak sel otak secara menetap.
2. Sistem kekebalan tubuh bayi masih belum berkembang secara penuh sehingga bayi tidak mempunyai kemampuan melawan serangan benda asing (bakteri, virus dan racun lingkungan) secara benar.
3. Kemampuan tubuh bayi untuk membuang racun dari tubuhnya melalui hati belum berkembang sepenuhnya sehingga zat-zat berbahaya cenderung menetap di dalam tubuhnya seperti merkuri, formalin dan alumunium.
4. Penghambat darah-otak (selaput yang berada di antara darah yang beredar di tubuh dengan otak yang berfungsi bahan-bahan berbahaya mencapai otak) belum mampu menghalangi racun yang bisa merusak otak.
5. Gejala keracunan merkuri yang paling umum antara lain adalah:
* Perubahan suasana hati dan kepribadian, termasuk mudah marah dan malu
* Hilangnya sensasi dan masalah penglihatan serius
* Ketulian dan kecenderungan kesulitan berkomunikasi karenanya
* Kelemahan otot dan tidak adanya koordinasi tubuh yang baik
* Hilangnya/lemahnya ingatan
* Tremor/gemetaran
Belum lagi fakta-fakta yang disajikan dalam buku ini yang mengkaitkan vaksinasi yang berbahaya dengan meningkatnya kasus-kasus autisme saat ini.
Dimana kasus autisme ini ternyata memiliki kemiripan dengan gejala-gejala keracunan merkuri yang banyak digunakan dalam vaksin.
Hal yang menarik lainnya untuk kita di Indonesia yang sedang gencar-gencarnya melakukan vaksinasi polio melalui mulut (oral/dimakan) adalah fakta bahwa sejak tahun 2000 Sentra Pengendalian Penyakit Amerika Serikat sudah menghentikan vaksin oral dan digantikan dengan suntikan.
Mengapa? Karena vaksinasi polio oral terbukti menimbulkan sampai 10 kasus polio per tahun dan dituding menyebabkan gangguan serius pada sistem pencernaan terutama penyumbatan usus!
Lantas mengapa informasi-informasi tersebut cenderung tidak pernah terpublikasikan secara luas?
Alasannya tentu saja sederhana sekali: UANG.
Bisnis produksi dan penjualan vaksin bernilai milyaran dollar Amerika Serikat per tahun! Selain itu banyak sekali bukti-bukti yang kemudian dibungkam menelusuri bahwa penyakit-penyakit saat ini seperti HIV/AIDS, DBD (demam berdarah), flu burung, dsb adalah senjata biologi yang sengaja dikembangkan yang kemudian dilepaskan ke komunitas sehingga mendorong kebutuhan akan obat dan vaksin penyakit-penyakit tersebut.
Saya dan isteri pun akhirnya sepakat untuk tidak memvaksinasi puteri kami. Hal ini kami lakukan setelah berkonsultasi dengan banyak ahli kesehatan (kedokteran, kimia klinis, teknologi kesehatan, dsb).
Apalagi ternyata teman-teman kami yang menjadi atau sedang kuliah menjadi dokter di Eropa secara terang-terangan menyatakan “vaksinasi adalah fiksi seperti cerita manusia mendarat di bulan..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah artikel ini berguna? Apa Pendapat Anda?

Adbox