Reaksi Tubuh Terhadap vaksin
Apabila ramuan vaksin tersebut memasuki aliran darah anak. Tubuhnya akan segera bertindak untuk menyingkirkan racun tersebut melalui organ ekresi atau melalui reaksi akut seperti demam, bengkak atau ruam pada kuilt. Apabila reaksi ini tidak dihalangi oleh obat, tubuh anak mungkin akan berhasil menyingkirkan vaksin tersebut dan mencegah terjangkit kembali dimasa yang akan datang.
Akan tetapi jika tubuh anak tidak kuat untuk meningkatkan reaksi imun (demam, bengkak atau ruam) atau dihentikan dengan obat, vaksin beracun akan bertahan dalam tisu tubuh.
Timbunan racun ini dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes pada anak-anak, asma, penyakit neurologi, leukemia, bahkan kematian mendadak. Ratusan laporan mencatat efek samping jangka panjang yang buruk terkait vaksin termasuk kasus meningitis, penyakit radang usus, autisme, esenfalitis kronis, sklerosis multiple, kangker dan arthritis rheumatoid.
Sebagian vaksin juga diketahui menyebabkan efek samping jangka pendek yang serius. Pada tanggal 12 juli 2002, Reuters News Service melaporkan “Hampir 1000 pelajar sekolah dilarikan ke rumah sakit setelah disuntik vaksin Ensefalitis di timur laut negeri Cina. Para pelajar itu mengalami demam, lemas dan dalam beberapa kasus terkena serangan jantung selepas divaksinasi.
Kerusakan Tubuh Akibat VaksinMenurut analisa bebas dari data yang dikeluarkan Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) di AS, pada tahun 1996 terdapat 872 peristiwa buruk yang dilaporkan kepada VAERS, melibatkan anak-anak dibawah 14 tahun yang disuntik vaksin hepatitis B. Anak-anak tersebut dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit karena mengalami masalah kesehatan yang mengancam nyawa. Sebanyak 48 anak dilaporkan meninggal setelah mendapatkan suntikan vaksin Hepatitis B pada tahun 1996.
Informasi kesehatan juga dipenuhi contoh yang mengaitkan vaksin dengan timbulnya penyakit. Vaksin telah dikaitkan dengan kerusakan otak, IQ rendah, gangguan konsentrasi, kemampuan belajar dan autisme. Sebenarnya gangguan neurologi adalah komplikasi vaksin yang banyak diuraikan dan dikaji dalam ilmu pengobatan.
Vaksin gondok dan campak yang diberikan pada anak-anak misalnya telah menyebabkan kerusakan otak, kanker, diabetes, leukemia, hingga kematian (sindrom kematian bayi mendadak)
- Kajian tahun 1992 yang diterbitkan dalam The American Journal of Epidemiology menunjukkan tingkat kematian anak-anak meningkat hingga 8 kali pada jangka waktu 3 hari setelah mendapat suntikan vaksin DPT.
- Kajian awal oleh CDC AS mendapati anak yang menerima vaksin Hib berisiko 5 kali lebih mudah mengidap penyakit tersebut dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin tersebut.
- Dalam New England Journal of Medicine (juli 1994). Suatu penelitian menemukan 80% anak-anak dibawah 5 tahun terserang batuk rejan setelah disuntik vaksin tersebut.
- Pada 1977, Dr Jonas Salk (Pencipta vaksin Polio salk) mengeluarkan pernyataan bersama ilmuan lain bahwa 87% dari kasus polio yang terjadi sejak tahun 1970 adalah akibat dari vaksin polio. Selain itu vaksin Polio oral Sabin adalah satu-satunya penyebab Polio yang diketahui di Amerika.
Bukti diatas menjadikan vaksinasi layak dipertanyakan. Banyak fakta menjelaskan bahwa vaksin tidak meningkatkan kesehatan anak-anak.
-Menurut San Jose Mercury News (6 Juli 2002) seorang dari sepuluh anak-anak dan remaja di AS mengalami kelemahan fisik dan mental, menurut pengamatan terbaru Tahun 2000 yang menggambarkan pertambahan mendadak angka kecacatan pada penduduk usia muda. Sedangkan pada dekade lalu data menunjukkan peningkatan kecacatan pada anak-anak.
- Di AS hari ini kasus asma, diabetes dan penyakit auto imun pada usia anak telah meningkat 20 kali lipat dari tahun sebelumnya. Gangguan konsentrasi telah meningkat 3 kali lipat dan autisme meningkat hingga 600%.
Apabila ramuan vaksin tersebut memasuki aliran darah anak. Tubuhnya akan segera bertindak untuk menyingkirkan racun tersebut melalui organ ekresi atau melalui reaksi akut seperti demam, bengkak atau ruam pada kuilt. Apabila reaksi ini tidak dihalangi oleh obat, tubuh anak mungkin akan berhasil menyingkirkan vaksin tersebut dan mencegah terjangkit kembali dimasa yang akan datang.
Akan tetapi jika tubuh anak tidak kuat untuk meningkatkan reaksi imun (demam, bengkak atau ruam) atau dihentikan dengan obat, vaksin beracun akan bertahan dalam tisu tubuh.
Timbunan racun ini dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes pada anak-anak, asma, penyakit neurologi, leukemia, bahkan kematian mendadak. Ratusan laporan mencatat efek samping jangka panjang yang buruk terkait vaksin termasuk kasus meningitis, penyakit radang usus, autisme, esenfalitis kronis, sklerosis multiple, kangker dan arthritis rheumatoid.
Sebagian vaksin juga diketahui menyebabkan efek samping jangka pendek yang serius. Pada tanggal 12 juli 2002, Reuters News Service melaporkan “Hampir 1000 pelajar sekolah dilarikan ke rumah sakit setelah disuntik vaksin Ensefalitis di timur laut negeri Cina. Para pelajar itu mengalami demam, lemas dan dalam beberapa kasus terkena serangan jantung selepas divaksinasi.
Kerusakan Tubuh Akibat VaksinMenurut analisa bebas dari data yang dikeluarkan Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) di AS, pada tahun 1996 terdapat 872 peristiwa buruk yang dilaporkan kepada VAERS, melibatkan anak-anak dibawah 14 tahun yang disuntik vaksin hepatitis B. Anak-anak tersebut dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit karena mengalami masalah kesehatan yang mengancam nyawa. Sebanyak 48 anak dilaporkan meninggal setelah mendapatkan suntikan vaksin Hepatitis B pada tahun 1996.
Informasi kesehatan juga dipenuhi contoh yang mengaitkan vaksin dengan timbulnya penyakit. Vaksin telah dikaitkan dengan kerusakan otak, IQ rendah, gangguan konsentrasi, kemampuan belajar dan autisme. Sebenarnya gangguan neurologi adalah komplikasi vaksin yang banyak diuraikan dan dikaji dalam ilmu pengobatan.
Vaksin gondok dan campak yang diberikan pada anak-anak misalnya telah menyebabkan kerusakan otak, kanker, diabetes, leukemia, hingga kematian (sindrom kematian bayi mendadak)
- Kajian tahun 1992 yang diterbitkan dalam The American Journal of Epidemiology menunjukkan tingkat kematian anak-anak meningkat hingga 8 kali pada jangka waktu 3 hari setelah mendapat suntikan vaksin DPT.
- Kajian awal oleh CDC AS mendapati anak yang menerima vaksin Hib berisiko 5 kali lebih mudah mengidap penyakit tersebut dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin tersebut.
- Dalam New England Journal of Medicine (juli 1994). Suatu penelitian menemukan 80% anak-anak dibawah 5 tahun terserang batuk rejan setelah disuntik vaksin tersebut.
- Pada 1977, Dr Jonas Salk (Pencipta vaksin Polio salk) mengeluarkan pernyataan bersama ilmuan lain bahwa 87% dari kasus polio yang terjadi sejak tahun 1970 adalah akibat dari vaksin polio. Selain itu vaksin Polio oral Sabin adalah satu-satunya penyebab Polio yang diketahui di Amerika.
Bukti diatas menjadikan vaksinasi layak dipertanyakan. Banyak fakta menjelaskan bahwa vaksin tidak meningkatkan kesehatan anak-anak.
-Menurut San Jose Mercury News (6 Juli 2002) seorang dari sepuluh anak-anak dan remaja di AS mengalami kelemahan fisik dan mental, menurut pengamatan terbaru Tahun 2000 yang menggambarkan pertambahan mendadak angka kecacatan pada penduduk usia muda. Sedangkan pada dekade lalu data menunjukkan peningkatan kecacatan pada anak-anak.
- Di AS hari ini kasus asma, diabetes dan penyakit auto imun pada usia anak telah meningkat 20 kali lipat dari tahun sebelumnya. Gangguan konsentrasi telah meningkat 3 kali lipat dan autisme meningkat hingga 600%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apakah artikel ini berguna? Apa Pendapat Anda?