Business

LightBlog

Breaking

LightBlog

Senin, 17 September 2012

Bunda, Jangan Berikan Bayi Anda Susu Formula

Melihat gambar di samping, hati ini semakin terenyuh.. Gambar diatas adalah kisah nyata yang dialami oleh seorang ibu di Pakistan, dimana kedua anak tersebut adalah anak kembarnya. Oleh karena pemahaman yang kurang disertai tiadanya dukungan maupun informasi dari tenaga kesehatan, dan budaya bahwa anak lelaki adalah utama,maka ia hanya menyusui anak lelakinya. Sedangkan anak perempuannya ia berikan susu formula.

Beberapa hari setelah foto ini dibuat, anak perempuannya yang diberikan susu formula meninggal dunia. Ibu ini berpesan agar foto ini disebarkan ke seluruh dunia, untuk memberikan pencerahan pada banyak ibu akan bahaya susu formula.

Saya yakin, bukan hanya diri saya pribadi tapi juga banyak ibu yang akan mengernyitkan dahi.. “Bahaya Susu Formula? Kebohongan saya pribadi ataukah kejujuran? Lalu bagaimana pesan yang diiklankan oleh produsen susu formula di media massa?” Di bawah ini ada beberapa link terkait dengan kebohongan publikasi yang dilakukan oleh produsen susu formula.

1. Fakta Resiko Ilmiah Susu Formula

http://www.facebook.com/note.php?note_id=103444963058640

2. Risk of Formula Feeding

http://www.infactcanada.ca/RisksofFormulaFeeding.pdf

3. Replacing Mother : Dangers of DHA-ARA in Formula

http://iinformedparenting.blogspot.com/2010/09/replacing-mother-dangers-of-dha-ara-in.html

Pada artikel ini tercantum bahwa Federal Drugs Association (FDA) di Amreika Serikat mengungkapkan bahwa keberadaan DHA-ARA menimbulkan diare pada bayi.

“The FDA did not affirm the safety of Martek’s DHASCO and ARASCO for use in infant formula. Among its reasons: stud-ies showing adverse events including diarrhea in infants.”

Bahkan beberapa waktu ini FDA telah mengeluarkan pernyataan untuk melarang penggunaan DHA-ARA didalam susu formula.

http://www.ams.usda.gov/AMSv1.0/ams.printData.do?template=printPage&navID=&page=printPage&dDocId=STELPRDC5084118&dID=130819&wf=false&docTitle=National+Organic+Program+Announces+Re-Interpretation+of+Allowable+Accessory+Nutrients+to+Strengthen+Program+Integrity,+Transparency

4. What Everyone Needs to Know About Infant Formula Ingerdients

http://www.breastfeedingmomsunite.com/2010/10/what-everyone-needs-to-know-about-infant-formula-ingredients/

Artikel ini menguraikan bahwa sangat berbahaya jika kita memiliki persepsi bahwa Air Susu Ibu memiliki kualitas yang sama dengan Susu Formula. Pada kenyataannya tidaklah demikian. Dibutuhkan kejelian dan ketajaman analisa dari setiap orang terutama orang tua dalam menentukan mana yang terbaik bagi buah hati. Sehingga menjadi tugas dari setiap orang tua untuk mencari informasi yang tepat dan dari sumber yang terpercaya.

5. Understanding Nutritionism and The Problem with Infant Formula

http://www.breastfeedingmomsunite.com/2010/09/understanding-nutritionism-and-the-problem-with-infant-formula/

Pada artikel ini lebih diulas mengenai pemahaman nutrisi yang selama ini dipahami oleh masyarakat. Jika melihat daftar komposisi nutrisi di setiap produk, menunjukkan bahwa tidak semua makanan memiliki kelengkapan nutrisi yang sempurna. “Nothing is perfect”. Dan kalimat bahwa tidak ada yang sempurna, seringkali menjadi alasan bagi mereka untuk mengganti ASI dengan susu lain.

Sesungguhnya tidak pada ASI, dimana kandungan yang ada begitu sempurna dan memenuhi seluruh kebutuhan seorang bayi manusia untuk mulai tumbuh dan berkembang. ASI adalah bekal amunisi seorang anak manusia dalam mempersiapkan masa depan sehat nan gemilang.

Beberapa kali dalam diskusi terkait ASI dan Susu Formula, lebih mendorong pada perdebatan tiada akhir. Banyak ibu yang menjadi sakit hati bahkan memberikan label pada mereka yang menyusui atau pelaku kampanye ASI sebagai “Radikal”, “Keras”, “Tidak Punya Hati”, atau bahkan baru-baru ini menempelkan label “NAZI”.

Melihat hal demikian, in my opinion yang berdasarkan dari pemikiran dan analisa dari semua informasi yang dibaca..

Saya menyetujui bahwa saat melakukan kampanye ASI, bukanlah masalah gagal menyusui atau tidak, bukanlah masalah bagus atau tidak terkait dengan kualitas ASI. Namun yang seharusnya menjadi isu terbesar adalah apakah pemberian susu sapi kepada bayi manusia adalah normal atau tidak? Apakah mengganti ASI dengan susu formula adalah cara yang terbaik ataukah ada cara lain?

Menurut James Akre penulis buku “The Problem with Breastfeeding: A personal reflection” dalam wawancaranya di sebuah website, mengungkapkan bahwa :

“by adopting this perspective we avoid implying that artificial feeding is the norm and that breastfeeding is somehow better than the norm. On the contrary, anything else is a deviation from the norm. Breastfeeding should be normal, routine, commonplace, and, as I have just said, even ho-hum ordinary.”

http://www.thebreastway.com/index.php/breastfeeding-bits-and-boobs/interview-with-james-akre

Jika membaca hasil investigasi yang dilakukan oleh Pat Thomas, seorang penulis di The Ecologist, ditemukan bahwa kegagalan ibu menyusui lebih disebabkan karena kegagalan dari pihak tenaga kesehatan dan pemerintah dalam mengedukasi dan memberikan dukungan kepada proses pemberian ASI.

“Women do not fail to breastfeed. Health professionals, health agencies and governments fail to educate and support women who want to breastfeed.”

Silakan dibaca lebih lanjut pada link ini (http://www.theecologist.org/trial_investigations/268337/breastmilk_vs_formula_food.html)

Uraian artikel tersebut sesuai dengan temuan saya kala melakukan konseling bagi ibu menyusui. Banyak ibu yang telah mempersiapkan diri dengan baik, namun kala proses menyusui itu tiba – nasehat dan dukungan yang diberikan lebih mendorong ibu untuk gagal menyusui.

Pada akhirnya dalam kampanye damai ASI, pemberian ASI lebih tepat dikatakan Normal atau Alamiah, daripada “Terbaik” (Breast is Normal or Natural, not Breast is Best). Kala menggunakan kata “ASI is The Best”, memberikan konotasi menyudutkan bagi ibu yang menggunakan susu formula. Sesungguhnya semua ibu ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya, namun informasi yang diterima adalah susu formula lebih baik dari ASI atau sama baiknya dengan ASI.

Terkait dengan “Breast is Normal”, setiap anak manusia yang lahir ke dunia telah dipersiapkan makanan bagi mereka oleh Allah subhana wa ta’ala. Sesuai dengan firmanNya dalam QS. Al Baqarah : 233,

“ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya, dan juga seorang ayah karena anaknya.”

Dalam surat lain disebutkan,

“ Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hinga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)-mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik, dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS. Ath-Thalaq : 6)

Dengan alasan diatas, maka sesungguhnya penggunaan slogan “ASI is The Best” memiliki kecenderungan penolakan dari pihak yang dengan terpaksa memberikan susu selain ASI. Tujuan kampanye ASI adalah memberikan pencerahan dan mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dalam membuat pilihan, dengan adanya penolakan tentu tujuan yang akan dicapai menjadi terhambat.

Cerdas dalam memilih makanan bagi bayi, jika melihat petunjuk pada halaman 10 dokumen WHO berjudul ‘Global Strategy for Infant and Young Child Feeding’ (http://whqlibdoc.who.int/publications/2003/9241562218.pdf), di bawah judul “Exercising other feeding options”, disana tercatat bahwa:

18. The vast majority of mothers can and should breastfeed, just as the vast majority of infants can and should be breastfed. Only under exceptional circumstances can a mother’s milk be considered unsuitable for her infant. For those few health situations where infants cannot, or should not, be breastfed, the choice of the best alternative – expressed breast milk from an infant’s own mother, breast milk from a healthy wet-nurse or a human-milk bank, or a breast-milk substitute fed with a cup, which is a safer method than a feeding bottle and teat – depends on individual circumstances.

19. For infants who do not receive breast milk, feeding with a suitable breast-milk substitute – for example an infant formula prepared in accordance with applicable Codex Alimentarius standards, or a home-prepared formula with micronutrient supplements – should be demonstrated only by health workers, or other community workers if necessary, and only to the mothers and other family members who need to use it; and the information given should include adequate instructions for appropriate preparation and the health hazards of inappropriate preparation and use. Infants who are not breastfed, for whatever reason, should receive special attention from the health and social welfare system since they constitute a risk group.

(Silakan terjemahkan melalui link ini http://translate.google.co.id/#)

Dari dua hal diatas terungkap bahwa makanan lain pengganti ASI dalam hal ini berupa susu pengganti (susu formula) menjadi pilihan terakhir kala ASI tidak ditemukan. Pilihan utama adalah ASI Perah ibu kandung, menyusui pada ibu susuan atau pemberian ASI Perah dari ibu lain melalui berbagi ASI atau Donor ASI dari Bank ASI, dan terakhir adalah susu pengganti ASI. Dan pemberian susu pengganti ASI selayaknya didemonstrasikan oleh tenaga kesehatan, atau relawan kepada ibu dan anggota keluarga yang bersangkutan.

Sayangnya yang terjadi di lapangan, bahwa baik tenaga kesehatan atau masyarakat luas menganggap bahwa susu formula adalah pengganti utama ASI. Produk susu formula yang dijual bebas dengan harga bervariasi dari murah hingga mahal, membuat tinggi kesalahan dalam pembuatan susu formula kepada bayi. Dengan demikian hal ini memicu semakin tingginya kemungkinan terjadinya kesalahan prosedur dalam pembuatan, baik dari dosis hingga kebersihan pembuatan. Semua ini pada berujung pada tingginya kematian bayi akibat diare dan sebagainya.

Di bawah ini beberapa link lain terkait dengan pembuktian kehebatan ASI secara ilmiah.

1. Human breast milk is a rich source of multipotent mesenchymal stem cells.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20712706

2. HAMLET interacts with lipid membranes and perturbs their structure and integrity.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20186341

3. Study: Breast-milk compound kills warts

http://www.obgyn.net/newsheadlines/womens_health-Human_Papillomavirus-20040720-80.asp?print=1

4. Human milk - Tables of the antimicrobial factors and microbiological contaminants relevant to human milk banking

http://www.latrobe.edu.au/microbiology/milk.html

5. Substance in Breast Milk Kills Cancer Cells, Study Suggests

http://www.sciencedaily.com/releases/2010/04/100419132403.htm

6. Breastmilk to Threat Cancer

http://www.youtube.com/watch?v=xjnIqf6nAIY

7. June Interview: Howard Cohen on Fighting Cancer with Mothers’ Milk

http://jellytheory.blogspot.com/2009/06/june-interview-howard-cohen-on-fighting.html

8. The Medicinal Use of Breastmilk

http://www.drmomma.org/2009/09/medicinal-uses-of-breastmilk.html

9. Milk therapy: breast-milk compounds could be a tonic for adult ills

http://www.thefreelibrary.com/Milk+therapy:+breast%20milk+compounds+could+be+a+tonic+for+adult+ills-a0156002012

10. Mother’s Milk: precious protection

http://www.archetypeltd.co.nz/Mothers_milk.htm

Demi menanggapi himbauan dari Departemen Kesehatan Kanada juga Academy Breastfeeding Medicine (ABM) bahwa keberadaan berbagi ASI memiliki resiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS dan sebagainya, maka di bawah ini saya bagi beberapa link lain yang terkait dengan proses pasteurisasi ASI.

Health Canada Press Release

http://www.hc-sc.gc.ca/ahc-asc/media/advisories-avis/_2010/2010_202-eng.php

Indonesia berada di peringkat ke 4 dunia untuk penderita HIV/AIDS, jelas membuat saya harus berhati-hati dalam proses berbagi ASI. Namun bukan berarti menolak proses berbagi ASI dan menggantinya dengan susu formula dimana adanya bukti ilmiah akan bahaya susu formula, membuat saya lebih memilih untuk mendapatkan Bagi ASI sebagai pilihan.

Dari uraian diatas, jelas bahwa ASI adalah satu-satunya makanan alami yang dipersiapkan Allah subhana wa ta’ala. Dan proses pasteurisasi telah terbukti dapat mengatasi keberadaan HIV/AIDS.

Di bawah ini adalah beberapa link yang terkait dengan proses pasteurisasi dari ASI Perah yang diperoleh jika kita kurang yakin dengan kesehatan ibu bersangkutan.

1. Effect of flash-heat treatment on immunoglobulins in breast milk

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19421069

2. Effect of Flash-Heat Treatment on Antimicrobial Activity of Breastmilk.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21091243

3. Flash Heating Breast Milk Kills HIV

http://www.youtube.com/watch?v=NNw1odieIoI

4. Molecular Virology: Tables of Antimicrobial Factors and Microbial Contaminants in Human Milk
Table 7: Effect of heat treatment or storage on antimicrobial factors in human milk

http://www.latrobe.edu.au/microbiology/table7.html

5. How You can Safely Heat Treat Breast Milk

http://www.qaproject.org/strat/Tanzania%20job%20aids/pdfs/english/engheattreatinsert4web.pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah artikel ini berguna? Apa Pendapat Anda?

Adbox